Minggu, 21 November 2010

Ambi KTI disini

Jangan lupa file e pake Micrsoft 2007 GAK BISA DIBUKA DI MICROSOFT 2003, terus buato Sinopsis atau Ringkasan Cerita e tentang Film Upin Ipine, trus Iki isih kurang Penutup lan liyan - liyane. Paleng mengko mari.... Presentasi hampir mirip lah... ama isine KTI ne...

Selasa, 27 Juli 2010

Awal yang Indah

Lama sudah Indah tak datang kemari, setidaknya kirimilah surat adekmu ini, bertatap muka ia selalu di nurani, hendak berkata tapi tak bermimpi...

Bingkai wajah tak seindah isinya, dibungkus kertas tertawa bahagia, mendengar alunan langkah mendesah, bak daun tergores angin merontah...

Setangkai mawar itu bukan selembar daun, apalagi seonggok kayu, itu juga bukan secuil kue, lain dengan setetes racun, hanya setangkai mawar, mawar, dan mawar....

Pernah ku menggal kalimat, Terputus nian bagai anak tak bertabiat, lingkaran hidup seperti syariat, kembali menentang lalu bertobat....

Seperti pantun tapi tak bersajak, menutup bait dengan gejolak, Satu puisi satu telapak, bermata tajam berwarna hitam berhawa kelam itulah kapak...

Jangan berharap kelak kau kan dapat, Apa yang kau inginkan kadang tak tetap, Selalu menghujat dan meratap, Seolah ragamu tercabik ombak...

Tulisan ini membuat lelah penulisnya, memikirkan satu demi satu, panjang dan panjang, bersatu dan bersatu, terbayang dan terbayang....

Tulisan ini memerahkan penulisnya, hitam.... putih... cokelat.... kelam.... itulah jendelanya...membuat warna terlihat...membuat gelap terasa pekat....

Sajak ini bukan berarti Puisi tanpa arti... lewatkan satu kata... kau tak akan mendapat apa - apa...Karena ini Awal Yang Indah...Hari Ini Hari Yang Indah.... itulah semangat cita - cita ......

Senin, 21 Juni 2010

Keragaman Karya (Puisi ala Sutardji Calzoum Bachri)

O
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri
dukaku dukakau dukarisau dukakalian dukangiau
resahku resahkau resahrisau resahbalau resahkalian
raguku ragukau raguguru ragutahu ragukalian
mauku maukau mautahu mausampai maukalian maukenal maugapai
siasiaku siasiakau siasia siabalau siarisau siakalian siasia
waswasku waswaskau waswaskalian waswaswaswaswaswaswaswaswaswas
duhaiku duhaikau duhairindu duhaingilu duhaikalian duhaisangsai
oku okau okosong orindu okalian obolong o risau o Kau O...


Kata-kata bukanlah alat mengantarkan pengertian. Dia bukan seperti pipa yang menyalurkan air. Kata adalah pengertian itu sendiri. Dia bebas.

Kalau diumpamakan dengan kursi, kata adalah kursi itu sendiri dan bukan alat untuk duduk. Kalau diumpamakan dengan pisau, dia adalah pisau itu sendiri dan bukan alat untuk memotong atau menikam.

Dalam kesehari-harian kata cenderung dipergunakan sebagai alat untuk menyampaikan pengertian. Dianggap sebagai pesuruh untuk menyampaikan pengertian. Dan dilupakan kedudukannya yang merdeka sebagai pengertian.

Dalam puisi saya, saya bebaskan kata-kata dari tradisi lapuk yang membelenggunya seperti kamus dan penjajahan-penjajahan lain seperti moral kata yang dibebankan masyarakat pada kata tertentu dengan dianggap kotor(obscene) serta penjajahan gramatika.

Bila kata dibebaskan, kreatifitaspun dimungkinkan. Karena kata-kata bisa menciptakan dirinya sendiri, bermain dengan dirinya sendiri, dan menentukan kemauan dirinya sendiri. Pendadakan yang kreatif bisa timbul, karena kata yang biasanya dianggap berfungsi sebagai penyalur pengertian, tiba-tiba, karena kebebasannya bisa menyungsang terhadap fungsinya. Maka timbullah hal-hal yang tak terduga sebelumnya, yang kreatif.

Dalam (penciptaan) puisi saya, kata-kata saya biarkan bebas. dalam gairahnya karena telah menemukan kebebasan, kata-kata meloncat-loncat dan menari diatas kertas, mabuk dan menelanjangi dirinya sendiri, mundar-mandir dan berkali-kali menunjukkan muka dan belakangnya yang mungkin sama atau tak sama, membelah dirinya dengan bebas, menyatukan dirinya sendiri dengan yang lain untuk memperkuat dirinya, membalik atau menyungsangkan sendiri dirinya dengan bebas, saling bertentangan sendiri satu sama lainnya karena mereka bebas berbuat semaunya atau bila perlu membunuh dirinya sebdiri untuk menunjukkan dirinya bisa menolak dan berontak terhadap pengertian yang ingin dibebankan kepadanya.

Sebagai penyair saya hanya menjaga–sepanjang tidak mengganggu kebebasannya– agar kehadirannya yang bebas sebagai pembentuk pengertiannya sendiri, bisa mendapatkan aksentuasi yang maksimal.

Menulis puisi bagi saya adalah membebaskan kata-kata, yang berarti mengembalikan kata pada awal mulanya. Pada mulanya adalah Kata.

Dan kata pertama adalah mantera. Maka menulis puisi bagi saya adalah mengembalikan kata kepada mantera.

Sutardji Calzoum Bachri